Sore yang Berasap

Sore itu adalah sore yang syahdu. Ada banyak sekali rumah-rumah sederhana dan setiap pekarangan rumah bertumpuk-tumpuk daun-daun kering yang mulai dibakar. Setiap asap yang dihasilkan dari proses pembakaran tersebut menciptakan aroma khas sore hari serta indah untuk dipandang mata.

Burung-burung kecil pun senang bertengger di dahan-dahan. Burung-burung itu tampak bahagia pada sore hari itu. Anak-anak pun bermain dengan penuh riang gembira. Tak pernah ada anak-anak pun yang menangis pada sore itu. Sore itu semua orang bahagia.

Terlintas tak lama kemudian berderet-deret sepeda melewati perkampungan syahdu itu. Sepeda yang lewat di jalanan sederhana itu ada banyak sekali. Tetapi pakaian yang mereka kenakan memiliki kesamaan. Mereka adalah orang-orang yang bersepeda dari ujung negeri menuju ujung negeri yang lain.

Jumlah mereka ada puluhan. Dan setiap ayunan kaki mereka yang mengayuh sepeda itu maka setiap itu pula mereka benar-benar dapat menikmati keindahan dan perasaan yang belum pernah ia lihat dan belum pernah ia rasakan.

Beberapa menit kemudian rombongan itu lenyap ditelan oleh jauh. Maka debu-debu yang berterbangan itu pun kini mulai meredam kembali. Dan penduduk setempat pun kembali beraktifitas kembali sepertimana adanya.

Sore pun lantas larut menjadi malam yang pekat seperti gula larut dalam kopi. Para penduduk yang biasanya berada di pekarangan rumah mereka kini telah ada di dalam rumah. Setiap laki-laki dewasa dan serombongan anak kecil pun berlomba-lomba menuju mushola terdekat untuk menjalankan ibadah wajib. Sementara beberapa wanita tinggal di rumah karena keterbatasan tempat di mushola untuk sholat. 
-235 Kata-

Komentar

Postingan Populer