Hutan yang Gelap

Pada suatu malam seorang anak kecil yang masih berusia sepuluh tahun berlari-lari dengan sangat terburu-buru menuju hutan. Anak laki-laki yang dekil ini pun berlari sambil membawa obor yang menyala-nyala. Api yang ada di dalam obor itu berkobar-kobar dan tergoyang-goyang akibat sentakan langkah-langkah anak kecil itu.

Anak itu terus berlari. Entah siapa yang mengejarnya dan entah untuk apa dia berlari. Dia pun terengah-engah dan nafasnya naik turun. Tapi dia masih terus berlari sekuat tenaganya. Ia mencoba berlari sampai tetes keringat yang terakhir.

Hingga akhirnya ia berada di ujung lelahnya. Ia begitu lelah sehingga ia pun memperlambat langkah kakinya. Sampai akhirnya ia pun berhenti total di salah satu pohon yang sangat besar. Ia pun tak mampu berdiri dengan teguh. Kaki-kakinya pun lemas karena letih yang tak berkesudahan sehingga ia terduduk di atas akar-akar pohon yang besar-besar.

Sesekali ia menoleh ke belakang dan sesekali ia menoleh ke sekelilingnya. Suasananya tampak begitu gelap. Gelap pekat dan mencekam. Hatinya pun kini ditumbuhi oleh rasa takut tapi pandangan matanya kini sepenuhnya bersikap waspada.

Ia tampak waspada dari hewan buas dan serangan mendadak dari tempat kegelapan. Suara-suara dari dalam kegelapan pun mulai bermunculan. Satu persatu mulai terdengar dan silih berganti.

Bulu-bulu dikulit anak kecil itu mulai berdiri. Sebab ia mendengar suara burung hantu. Ia juga merasa damai sebab ia mendengar suara jangkrik. Ia juga merasa sedikit tenang karena mendengar suara air yang mengalir tak jauh dari tempatnya terduduk.

Pandangan matanya kini tertuju pada cahaya api yang menyala di obor yang ia pegang. Api itu pun menyala dan terang sekali hingga seluruh dirinya pun dapat terlihat dari tempat yang gelap.

Sementara itu bulan purnama tampak bersinar dengan terang di langit yang penuh bintang-bintang itu. Tapi rembulan yang bersinar terang itu sesekali ditutupi oleh awan-awan yang bergerak. Dan cahaya rembulan itu kadang dihalangi oleh lebatnya daun-daun di pohon-pohon.

Setelah ia merasa bahwa lelahnya sedikit berkurang maka ia pun mencoba untuk berdiri. Ia pun mengusap tenggorokannya. Ia merasakan haus yang tak berkesudahan. Ingin sekali ia meminum air yang bersih dari gelas bening yang bersih. Tapi di dalam hutan ini ia tak akan pernah menemukannya.

Ia pun mulai melangkahkan kakinya pelan-pelan. Sesekali ia melihat ke belakang. Sesekali ia merasakan cahaya rembulan.
-360 Jumlah kata-

Komentar

Postingan Populer