CINTA

Pernahkan kamu mendengar kata cinta. Maukah kamu mendengar kata cinta. Kenapa banyak orang yang tidak terlalu peduli pada kata cinta. Adakalanya cinta terbuang dan tersingkir jauh dari peradaban manusia. Dan seringkali tenggelam di lautan yang paling dalam.

Adakalanya cinta muncul di tengah-tengah kita. Seringkali menelisik masuk di sela-sela hati kita. Lalu kemudian untuk sesaat hati kita pun mulai berdebar-debar tiada terkira. Adakalanya muka kita menjadi merah merekah sebab malu yang tak dapat tertanggungkan.

Kehidupan kita hanya sementara tetapi cinta kita kekal abadi dan akan selalu hidup buat selama-lamanya. Cinta kadang mengalir dan berhembus bersama angin malam dan berbisik di dekat telinga kita. Membisikan suatu perasaan yang lalu dan ketika kita memejamkan mata buat sesaat kita telah mabuk oleh cinta yang datangnya seperti air bah.

Namun ketika kita membuka mata kita dan kita lihat dihadapan kita telah terukir sebuah senyum merekah diatas bibir yang merekah. Sebuah senyum yang telah lama sekali kita nanti-nantikan dan telah lama kita tunggu-tungguh akhirnya datang juga. Sebuah senyum dari gadis pujaan hati kita. Sebuah senyum yang merekah dibalik kecantikannya yang begitu alami.

Malam tidak selamanya gelap. Begitu pun siang tidak selamanya terang benderang bercahaya. Kadang malam tidak selamanya hening dan siang tidak selamanya ramai oleh bisik-bisik tetangga.

Malam itu dan malam nanti akan menjadi malam yang sempurna. Tidak akan menjadi malam yang gelap sebab kita semua tahu bahwa cahaya rembulan bersinar begitu sempurna di atas kita. Dan malam tidak selamanya hening sebab kita tahu suara jangkrik tampak menghiasi malam dengan suara-suara indahnya. Sebab kita pun tahu suara-suara kodok yang berserakan di sawah-sawah dan di sungai-sungai kecil tampak bersuara saling memanggil betinanya.

Sebab kita tahu malam itu dan malam nanti hujan akan turun lebat sekali. Sementara bulan purnama ditutupi oleh awan dengan begitu sempurna. Sementara suara tetesan hujan yang jatuh di atas teras rumah kita akan bersuara nyaring sehingga suara obrolan dari mulut kita pun habis tak bersisa sebab hujan yang dingin itu menelannya.

Aku tahu dan kamu pun tahu bahwa beberapa kodok pun keluar dari sawah-sawah. Mereka semua keluar dari tempat-tempat yang mereka sebut rumah untuk datang ke rumah kita. Para kodok itu melompat-lompat di tengah hujan deras untuk menyapa kita tapi kita sedikit pun tak ambil pusing bahkan kita pun sedikit pun tidak peduli.

Kodok-kodok itu pun mencoba untuk memasuki rumah kita dan melompat-lompat namun tidak bisa sebab rumah kita begitu tinggi bagi lompatan si kodok. Tapi tak lama kemudian kita segera tersadar bahwa para kodok itu segera meninggalkan rumah kita dan mencari tempat yang menyenangkan daripada tempat kita.

Tapi mereka tak akan pernah menemukannya sebab tempat terbaik untuk orang macam kita adalah rumah yang dibangun dari saripati keringat di teriknya siang hari. Rumah kami dibangun dari mimpi-mimpi yang tak akan pernah habis walau kalender di rumah kami senantiasa berganti bahkan telah berganti sebanyak puluhan kali namun mimpi-mimpi kami masih terus ada untuk penghibur hati kita yang kadang berduka.

Mimpi-mimpi kami yang bersemayam di hati kita bersama cinta kita. Mimpi itu duduk terpekur di dalam hati kita disamping sang cinta. Cinta yang membuat hati kita bungah tiada terkira. Cinta yang membuat hati kami tersenyum sepanjang hari. Dan cinta pula yang menuntun nabi adam menemukan siti hawa.

Namun cinta kami hanya bisa tersenyum dan mimpi kami senantiasa bergejolak. Mimpi kami pada masa depan dibangun dari masa kini dan sedikit pun kami tidak lupa pada masa yang telah lalu. Masa dimana kami takut dan sendiri. Masa dimana kegagalan adalah sahabat sejati kami.

Tapi kami pada hari ini telah menemukan cinta yang agung. Cinta telah membawa kami kepada titik tempuh yang hebat. Cinta telah menghantarkan kami kepada satu senyum yang tiada habisnya.

Cinta memang tidak mudah ditemukan. Ia berhembus bersama angin malam dan sampai padamu sebelum fajar menyingsing. Dan ingatkah kamu akan tangisan bayi laki-laki yang bersuara kencang membangunkan orang-orang disubuh hari.

Kakekmu telah bersusah payah mencari air ke sungai untuk menyambut kelahiranmu. Ia terpontal-pontal di atas batu-batu sungai sementara gelap tiada habis terkira. Semua itu dikarenakan cintanya padamu. Cinta seorang kakek pada cucunya. Maka berdukalah walau barang sebentar saja mengetahui dengan pasti bahwa semakin dewasa seorang cucu akan membuat seorang kakek semakin lemah dan rapuh hingga pada akhirnya hilang bersama waktu sebab ruh tak mampu lagi menahan raga yang lemah dan rapuh.

Tapi tahukah kamu bahwa cinta seorang kakek tak pernah surut walau waktu telah lama surut. Cintanya ada di dalam darahmu dan ada di dalam detak jantungmu sekarang. Dan rasakan sekarang betapa kerasnya detak jantung itu.

Setiap pagi dan siang hingga malam si balita kecil yang tak lain adalah dirimu selalu dijaga selalu dan tak pernah tidak. Cintanya selalu tumbuh. Semakin hari semakin tumbuh besar dan tidak ada yang menandingi cinta orang yang telah merawatmu hingga engkau dapat berlari-lari kencang seperti seekor macam.

Kini perhatikan dirimu dan perhatikan hujan yang jatuh di atas genteng rumahmu. Betapa hebatnya malammu itu. Begitu sempurnanya malammu itu. Tiada satu orang pun akan memanggilmu untuk memerintahmu dan tak ada seorang pun akan memanggilmu untuk memberitahumu kabar berita jelek. Lihatlah dirimu begitu bahagia sekali dibalik aroma rumahmu yang dihujani begitu banyak air sedari sore hingga malam.

Lihatlah dirimu, senyum itu tiada lepas dari wajahmu. Dan tatkala angin-angin kencang yang berhembus diantara rintik hujan itu mengenai mukamu maka engkau pun merasa tenang sebab engkau tahu bahwa alam semesta ini teramat menyanyangimu maka jangan kau tebang pohon supaya pohon itu dapat merindangimu disiang hari. Dan jangan engkau buang sampah di sungai supaya air sungai itu tidak meluap dan menggenangi rumah indahmu.

Maka bersyukurlah sebab engkau masih mampu bersyukur. Sebab engkau memiliki cinta yang hebat dan sempurna. Cinta yang tak mungkin padam layaknya api padam oleh angin yang berhembus kencang.

Angin malam itu memang dingin akan tetapi angin malam itu menyejukkan. Tiada yang suka dengan angin malam sampai dia membeli selimut di toko terdekat dan berkata kepada salah seorang sahabatnya, “aku membelinya dengan harga murah namun manfaatnya tidak akan bisa dibeli dengan uang berapapun.”

Dia memakai selimut itu dan merasa bahagia sebab ia memiliki selimut seperti para tetangganya yang juga memakai selimut. Ia dapat bahagia walau hanya dipicu oleh hal sederhana dan ia bisa tetap bahagia selamanya hanya bila angin malam berhembus kencang sedangkan selimut masih ada di atas tempat tidurnya.

Ketika pagi hari menjelang dia pun tersenyum. 


1023 Kata

Komentar

Postingan Populer