Bulan Purnama Malam Hari

Pada malam yang sangat dingin. Angin-angin berhembus secara perlahan. Jangkrik-jangkrik pun bersuara nyaring sekali tapi dapat dengan baik menghidupkan suasana malam yang hampir pasti akan hening.

Bulan purnama bertengger dengan begitu gagah di langit malam. Setiap mata memandang takjub pada semua itu. Beberapa orang sedang asik mendengarkan radio yang suaranya sulit untuk dikatakan jernih. Radio itu kemerosok dan suaranya tidak jelas. Tapi beberapa orang masih mendengarnya karena mereka semua sangat menyukai radio.

Radio itu masih terus bersuara. Masih terus bersuara. Suara itu menggema hingga ke langit-langit kamar dan terus menggema hingga ke langit-langit rumah dan terus menggema hingga melewati jendela-jendela rumah sehingga sampai di tepian jalan.

Di tepian jalan itu duduk seorang anak gadis yang sangat lucu dan imut. Anak gadis itu tidak sendirian melainkan bersama seorang wanita yang menjadi kakaknya. Di tepian jalan itu lampu menyala terang. Si anak gadis kecil itu masih sibuk memainkan bonekanya sementara kakaknya sedang sibuk membaca buku.

Mereka berdua betah berlama-lama di tepian jalan itu karena di sana mereka berdua dapat menyaksikan bintang-bintang yang berkelap kelip di langit dan juga mereka berdua dapat melihat bulan purnama bersinar dengan terang sekali.

Tak lama kemudian kakak perempuan ini tiba-tiba berhenti membaca. Pikirannya tiba-tiba melayang ke suatu tempat. Ia tertegun selama beberapa detik hingga akhirnya ia pun kembali membuka bukunya dan kembali membaca. Di sela-sela bacaan itu ia tersenyum. Ia rupanya membaca sesuatu yang membuat hatinya berbunga-bunga.

Ia tersenyum karena dia tahu bahwa buku yang sedang berada di tangannya itu dan sedang ia baca itu adalah buku yang ditulis oleh seorang laki-laki yang dahulu kala pernah ia sukai dalam hati. Setiap kali ia membaca buku itu maka setiap itu pula ia teringat akan kenangan masa lampau sehingga menjadikan bibirnya senantiasa tersungging senyum.

Sementara itu adiknya sendiri pun yang sedang duduk di sampingnya pun menatap penuh heran melihat kakak perempuannya hanya tersenyum-senyum.

“Mengapa kakak tersenyum?” tanya adik kecilnya.

Sang kakak tidak segera menjawab pertanyaan itu lantas ia pun tersenyum lagi seraya menatap kedua bola mata adiknya sembari tangan kanannya yang tidak menyentuh buku mendekat ke kepala si adiknya.

Ia usap rambut kepala adiknya dengan penuh perasaan sayang. Sementara adiknya hanya bisa menatap wajah kakak perempuannya dengan penuh perasaan heran.

“Nanti bila kamu telah dewasa kamu akan segera mengetahui,” jawab kakaknya hingga akhirnya ia pun melanjutkan membaca buku. Maka sang adik pun tersenyum sekilas hingga akhirnya melanjutkan bermain-main dengan boneka kesayangannya.

Rupa-rupanya bulan purnama yang bersinar terang itu ditutupi oleh segerombolan awan-awan tipis. -404 Kata-

Komentar

Postingan Populer