Novel Pararaton Karya Wid Kusuma
Aku baru saja membaca buku novel yang berjudul Pararaton. Ide novel
ini sangat menarik dan bahkan disukai oleh banyak orang. Akan tetapi
cara menyampaikan sebuah gagasan ke khalayak ramai perlu digarisbawahi.
Sebab aku menemukan beberapa catatan sebagai sebuah kritik terhadap buku
novel yang berjudul Pararaton karya Wid Kusuma.
Mari
kita mulai dari nama penulisnya. Namanya adalah Wid Kusuma. Kalau kita
lihat dari namanya saja maka kita susah untuk menerka, dia ini perempuan
atau laki-laki. Sebab nama depan Wid biasa digunakan oleh kaum hawa
untuk menamai anak perempuannya sedangkan nama kusuma sering kudengar
sebagai nama lelaki. Tapi ada juga kusuma sebagai nama wanita.
Karena
aku tidak mengetahui jenis kelamin penulisnya maka aku merasa jengkel.
Setiap penulis novel semestinya menjelaskan dengan jelas jenis kelamin
melalui nama pena yang mereka gunakan. Maka untuk menghemat waktu maka
kita sangka saja jenis kelamin penulis novel Pararaton adalah seorang
wanita.
Seperti yang sudah aku katakan bahwa novel ini
memiliki ide yang hebat bahkan memukau. Akan tetapi novel ini punya hal
yang mesti dikritik. Berikut ini aku jabarkan kritik terhadap novel
Pararaton karya Wid Kusuma.
Pertama dan yang paling
utama adalah narasi yang terlalu banyak sehingga menenggelamkan
deskripsi bahkan juga dialog. Alangkah lebih baik jika deskripsi dan
narasi seimbang. Deskripsi berguna untuk memperlambat cerita sedangkan
narasi berguna untuk mempercepat cerita sedangkan dialog berguna untuk
menghidupkan karakter.
Salam,
Loki Deautorin